www.radarharian.id – Sepak bola adalah salah satu olahraga terpopuler di dunia, dimainkan dan disaksikan oleh jutaan orang di berbagai belahan bumi. Namun, di balik strategi dan keterampilan pemain, terdapat narasi yang sering kali melibatkan unsur mistis dan takhayul yang menarik untuk dibahas, terutama terkait dengan kutukan yang mengelilingi olahraga ini.
Dalam sejarahnya, dunia sepak bola memiliki banyak cerita tentang kutukan yang memengaruhi nasib tim dan pemain. Agak mengejutkan bahwa sebagian dari cerita ini dianggap mengandung kebenaran, meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukungnya.
Berikut ini adalah sepuluh kutukan paling unik dalam dunia sepak bola yang mungkin membuat kita berpikir tentang kepercayaan tersebut.
Kutukan Nomor Punggung 7 di Manchester United
Nomor punggung 7 di Manchester United selalu diidentikan dengan para legenda club ini, seperti George Best dan Cristiano Ronaldo. Namun, pasca kepindahan Ronaldo ke Real Madrid pada tahun 2009, nomor tersebut tiba-tiba seolah membawa sial bagi para pemain yang memakainya.
Sejak saat itu, pemain seperti Michael Owen dan Alexis Sanchez yang mengenakan nomor ini tidak mampu menunjukkan performa terbaik mereka di lapangan. Total gol yang dicetak oleh mereka dalam sepuluh tahun terakhir dengan nomor tersebut hanya sebanyak 14 gol di Liga Inggris.
Mitigasi Kutukan Aaron Ramsey yang Mencolok
Aaron Ramsey, mantan gelandang Arsenal, menjadi pusat perbincangan untuk kutukan aneh yang mengikutinya setiap kali ia mencetak gol. Setiap gol yang dicetaknya diikuti dengan berita duka mengenai meninggalnya tokoh terkenal dunia dalam waktu singkat.
Hal ini menjadi fenomena yang menarik perhatian, di mana para penggemar bahkan mulai melihat pola tertentu yang dikaitkan dengan gol-gol yang dicetaknya. Meski sebagian orang meragukannya, banyak yang percaya bahwa ada kaitan antara dua kejadian ini.
Pantangan Menyentuh Trofi Sebelum Final
Di kancah Liga Champions, terdapat kepercayaan bahwa pemain tidak boleh menyentuh trofi sebelum pertandingan final dimulai. Kutukan ini dipercayai bermula dari pengalaman pahit Ludovic Giuly dan Gennaro Gattuso, di mana tim mereka gagal meraih kemenangan setelah melanggar pantangan tersebut.
Kepercayaan ini perlahan merebak ke seluruh dunia sepak bola, di mana pantangan semacam ini sering kali diikuti dengan praktik yang dihindari oleh banyak tim. Dengan demikian, kutukan ini menjadi simbol kehati-hatian bagi pemain yang ingin menghindari nasib buruk pada momen penting.
Kutukan Juara Bertahan Piala Dunia yang Menyedihkan
Kisah kutukan lainnya yang menarik adalah fenomena di mana juara bertahan Piala Dunia sering kali gagal di edisi berikutnya. Tim-tim seperti Prancis dan Spanyol telah merasakan pahitnya kutukan ini ketika mereka terpaksa tersisih di fase grup setelah menjuarai sebelumnya.
Beberapa negara yang pernah menjuarai Piala Dunia justru mengalami kemunduran yang cukup tragis, dan menciptakan stigma bahwa menjadi juara tidak menjamin kesuksesan di turnamen berikutnya. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh psikologis dalam kompetisi sepak bola internasional.
Kutukan Birmingham City yang Menghantui
Birmingham City diyakini memasuki masa kutukan selama 100 tahun, bermula dari pembangunan stadion St Andrew’s di atas lahan yang dianggap keramat oleh Romani Gypsies pada tahun 1906. Sepanjang periode tersebut, klub ini mengalami kesulitan meraih trofi besar dan terjebak dalam serangkaian kemalangan.
Banyak penggemar percaya bahwa kutukan ini baru berakhir pada tahun 2006, ketika klub akhirnya meraih kesuksesan yang lebih berarti. Cerita ini menunjukkan bahwa faktor historis bisa memiliki dampak yang signifikan terhadap perjalanan sebuah klub.
Kutukan Seabad Benfica yang Menyakitkan
Pelatih Bela Guttman meninggalkan Benfica setelah permintaannya untuk kenaikan gaji ditolak pada tahun 1962. Ia mengeluarkan kutukan yang mengklaim bahwa klub tidak akan pernah memenangi kompetisi Eropa selama seratus tahun ke depan.
Kegagalan Benfica untuk meraih gelar Eropa selama bertahun-tahun menjadi fakta yang menyakitkan bagi penggemar mereka. Hingga tahun 2014, mereka telah mengalami delapan kali kekalahan di final kompetisi Eropa, yang semakin memperkuat keyakinan akan kutukan ini.
Kisah Kucing Mati di Racing Club yang Membedakan
Cutikan yang lebih unik datang dari Racing Club, di mana rival mereka dikabarkan mengubur tujuh kucing hitam di stadion. Akibatnya, Racing tidak meraih gelar selama beberapa dekade dan mengalami kesulitan finansial yang parah.
Kisah ini tidak hanya menjadi legenda tetapi juga berakhir ketika kucing terakhir ditemukan pada tahun 2001. Ironisnya, tahun yang sama menjadi momen bersejarah bagi Racing ketika mereka berhasil meraih gelar Apertura.
Cerita Penyihir dan Timnas Australia
Timnas Australia mengalami kutukan setelah meminta bantuan sebuah penyihir dalam usaha mereka untuk lolos ke Piala Dunia 1970. Namun, ketika biaya jasanya tidak dibayar penuh, sang penyihir mengutuk Australia sehingga mereka terpaksa tidak lolos.
Legenda ini baru berakhir ketika Australia akhirnya kembali tampil di panggung dunia pada tahun 2006. Ini menunjukkan bagaimana budaya dan kepercayaan setempat sering kali mempengaruhi hasil pertandingan olahraga.
Kegagalan Timnas Inggris Sejak 1966
Piala Dunia 1966 menjadi moment bersejarah bagi Inggris yang menang atas Jerman Barat, tetapi di balik kemenangan tersebut ada kepercayaan bahwa tim Inggris mengalami kutukan setelah merasa dirugikan dengan gol kontroversial. Hal ini diusulkan sebagai kutukan yang membuat Inggris tidak pernah menjadi juara lagi hingga hari ini.
Sejak saat itu, Inggris terus mencari peluang untuk meraih kesuksesan tanpa menemui hasil yang memuaskan, menciptakan narasi yang menarik dalam sejarah sepak bola.
Kutukan Drake yang Menjadi Mitos Modern
Nama rapper Kanada, Drake, dikenal tidak hanya lewat musiknya tetapi juga melalui fenomena aneh yang melibatkan tim sepak bola. Setiap kali tim berfoto bersamanya, sering kali diikuti dengan nasib buruk di lapangan.
Contoh paling nyata terjadi ketika PSG dan Manchester City mengalami kekalahan setelah berfoto bersamanya. Fenomena ini mengundang perhatian banyak orang dan menjadi lelucon di kalangan penggemar olahraga, meski tidak ada yang bisa membuktikan kebenarannya.