www.radarharian.id – Setiap tahun, Bumi mengalami peristiwa menarik yang dikenal sebagai Aphelion, di mana jaraknya dari Matahari mencapai titik terjauh. Fenomena ini membawa dampak yang sering kali salah dipahami oleh banyak orang, apalagi berkaitan dengan perubahan cuaca yang terjadi.
Pada tahun 2025, Aphelion diperkirakan terjadi pada bulan Juli dan menjadi topik perbincangan di kalangan masyarakat. Dalam artikel ini, kita akan melihat lebih dalam tentang Aphelion dan dampaknya terhadap kehidupan di Bumi, termasuk di Indonesia.
Jadi, mari kita jelajahi pengertian dari Aphelion dan momen penting yang akan terjadi pada tahun 2025.
Baca juga: Hoaks! Indonesia alami suhu udara dingin efek dari Aphelion
Apa Itu Fenomena Aphelion dalam Astronomi?
Aphelion adalah fenomena astronomi yang terjadi setiap tahun ketika posisi Bumi berada pada jarak terjauh dari Matahari dalam lintasan orbitnya. Peristiwa ini merupakan bagian integral dari pergerakan alami Bumi sebagai salah satu planet dalam tata surya.
Istilah “Aphelion” berasal dari bahasa Yunani, di mana “apo” berarti “jauh” dan “helios” berarti “Matahari.” Dengan demikian, Aphelion dapat dipahami sebagai titik di mana Bumi mencapai jarak paling jauh dari Matahari selama perjalanannya mengelilingi pusat tata surya.
Orbit Bumi tidak berbentuk lingkaran sempurna; melainkan berbentuk elips, sehingga jarak antara Bumi dan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Pada beberapa waktu tertentu, Bumi lebih dekat dengan Matahari, yang disebut Perihelion, dan pada waktu lain, mencapai Aphelion.
Peristiwa Perihelion umumnya terjadi pada bulan Januari, di mana jarak antara Bumi dan Matahari sekitar 147 juta kilometer. Sementara itu, Aphelion biasanya terjadi sekitar bulan Juli dengan jarak mencapai sekitar 152 juta kilometer dari Matahari.
Baca juga: Peneliti BRIN nilai fenomena “bediding” berkaitan dengan Aphelion
Kapan Fenomena Aphelion akan Terjadi pada Juli 2025?
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, fenomena Aphelion diperkirakan terjadi pada tanggal 4 Juli 2025 sekitar pukul 02.54 WIB. Efek dari peristiwa ini diperkirakan akan terasa hingga bulan Agustus, terutama dalam hal cuaca.
Pada saat Aphelion terjadi, jarak antara pusat Bumi dan pusat Matahari diperkirakan mencapai sekitar 152.087.738 kilometer. Sebagai perbandingan, jarak rata-rata biasanya sekitar 149,6 juta kilometer.
Karena orbit Bumi adalah elips, jarak ini berfluktuasi sepanjang tahun dengan selisih sekitar 3 persen. Meskipun nilai tersebut terdengar signifikan, dalam konteks astronomi, perbedaan jarak ini tidak menimbulkan perubahan ekstrem pada kondisi cuaca di Bumi.
Baca juga: BMKG: Cuaca dingin bulan Juli tidak terkait fenomena Aphelion
Pengaruh Aphelion Terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim
Sering kali, masyarakat mengaitkan fenomena Aphelion dengan perubahan cuaca seperti penurunan suhu di suatu daerah. Padahal, jarak planet terhadap Matahari bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi iklim.
Perubahan cuaca dan iklim lebih kompleks dan melibatkan berbagai variabel, termasuk tekanan udara, kelembapan, dan arus laut. Jadi meskipun Aphelion adalah peristiwa astronomi yang menarik, dampak langsungnya terhadap cuaca di Bumi sangat terbatas.
Dalam konteks Indonesia, peristiwa Aphelion dapat menimbulkan kesalahpahaman. Masyarakat sering mengira bahwa suhu dingin yang terjadi pada bulan Juli disebabkan oleh jarak Bumi yang jauh dari Matahari. Kenyataannya, cuaca tetap dipengaruhi oleh faktor lokal.
BMKG sendiri mengonfirmasi bahwa fenomena Aphelion tidak memiliki kaitan langsung dengan pergeseran suhu yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Ini menunjukkan pentingnya pemahaman yang tepat tentang pengaruh fenomena astronomi terhadap kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan: Memahami Fenomena Aphelion Secara Menyeluruh
Penting untuk memahami bahwa Aphelion adalah bagian dari siklus tahunan astronomi yang tidak seharusnya menimbulkan kepanikan atau kekhawatiran. Fenomena ini adalah hal yang alami dan merupakan bagian dari perjalanan Bumi mengelilingi Matahari.
Dengan pengetahuan yang tepat tentang Aphelion, kita dapat lebih menghargai peristiwa ini tanpa harus mengaitkannya dengan perubahan cuaca ekstrem. Edukasi masyarakat tentang pengaruh astronomi terhadap cuaca sangat penting untuk mengurangi kesalahpahaman.
Mengetahui detail tentang fenomena ini akan membantu kita merespons dengan bijak berbagai informasi yang beredar. Kita bisa menjadikan pengetahuan ini sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.