www.radarharian.id – Film “Sore: Istri dari Masa Depan” yang mulai tayang di bioskop Indonesia pada 10 Juli 2025 telah menarik perhatian banyak kalangan. Karya ini disutradarai oleh Yandy Laurens dan menjadi adaptasi dari serial web yang sebelumnya sangat populer di omongan para penikmat film di Indonesia.
Alur cerita film ini tetap setia pada premis aslinya, di mana seorang wanita bernama Sore (Sheila Dara) datang dari masa depan untuk membantu suaminya, Jonathan (Dion Wiyoko), dengan harapan hidup yang lebih baik. Namun, dalam format film, cerita yang ada mendapatkan perluasan serta kedalaman yang berbeda, menjadikannya menarik untuk ditonton.
Pemeran yang Berbeda Menambah Daya Tarik
Salah satu perbedaan yang mencolok terletak pada pemeran utama yang mengisi karakter Sore. Dalam serial web, karakter tersebut diperankan oleh Tika Bravani, sedangkan di film, Sheila Dara mengambil alih peran ini. Walaupun karakter Jonathan tetap diperankan oleh Dion Wiyoko, pergeseran ini memberi nuansa baru yang segar, terutama dalam mengekspresikan sisi emosional Sore yang mendalami pengorbanan demi cinta.
Baca juga: Film tentang cinta yang melampaui waktu, “Sore: Istri dari Masa Depan”
Pemahaman dalam Konsep Perjalanan Waktu
Film ini menghadirkan elemen fantasi yang lebih eksplisit, terutama terkait aspek perjalanan waktu. Yandy Laurens ingin menyampaikan bahwa Sore tidak hanya kembali ke masa lalu karena faktor kebetulan, tetapi sebagai bagian dari usaha yang melibatkan pengorbanan dan perjuangan cinta. Adegan di mana Sore sering kali terjatuh karena perjuangannya menembus waktu menggambarkan konsekuensi yang harus dihadapi akibat cinta yang ia usahakan.
Struktur Narasi yang Dinamis dan Tiga Babak
Dari segi narasi, film ini dibagi menjadi tiga babak penting yang memberikan struktur yang kuat. Di babak pertama, penonton diperkenalkan pada karakter Jonathan sebagai fotografer yang idealis namun keras kepala, sementara Sore berusaha memperbaiki kehidupannya sedikit demi sedikit. Hal ini menghadirkan dinamika menjanjikan di bagian awal cerita yang penuh harapan.
Babak kedua mengungkapkan perjuangan batin Sore, di mana penonton dapat merasakan betapa beratnya perjuangan serta kerelaannya untuk memperbaiki keadaan Jonathan. Penggambaran yang mendalam mengenai sisi emosional ini menjadi pembeda yang jelas antara film dan serial web, memfokuskan pada tema pengorbanan cinta yang lebih kompleks.
Di babak ketiga yang berjudul Waktu, Yandy Laurens menguatkan pesan bahwa cinta tidak selalu semanis yang terlihat. Dialog-dialog dalam babak ini menyiratkan pelajaran penting bahwa cinta memiliki batas waktu, dan kadang-kadang, keikhlasan untuk melepaskan adalah jalan terbaik.
Baca juga: Lagu “Terbuang Dalam Waktu” Barasuara dalam film Sore dan Maknanya
Pesan Moral yang Mendalam dan Menyentuh
Berbeda dengan fokus serial web yang lebih mengedepankan usaha Sore dalam memperbaiki kebiasaan Jonathan, film ini menjelajahi aspek emosional dan psikologis yang jauh lebih dalam. Dalam cerita ini, Jonathan tampak enggan untuk berubah, menambah kompleksitas hubungan mereka dan menggugah penonton untuk memahami bahwa cinta kadang harus diakhiri dengan perpisahan yang menyakitkan.
Refleksi dan Pertanyaan Filosofis
Ada juga elemen-elemen akhir yang meninggalkan pertanyaan reflektif pada penontonnya. Hal ini terlihat ketika beberapa penonton mempertanyakan tentang kecepatan seseorang mendapatkan pekerjaan setelah mengalami patah hati. Film ini berusaha untuk membangkitkan pemikiran kritis dari penonton terhadap realitas hubungan yang sering kali jauh lebih rumit dibandingkan yang terlihat.
Secara keseluruhan, film “Sore: Istri dari Masa Depan” menggarap kisah yang sama tetapi dengan pendekatan yang lebih menonjol secara emosional dan sinematik. Meskipun lalunya memiliki kesamaan yang jelas, penonton akan menemukan pengalaman baru yang membuat perjalanan cinta lintas waktu ini terasa semakin meresap dan mendalam.
Baca juga: Menggali makna perjuangan dan penerimaan dalam “Sore: Istri dari Masa Depan”
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © 2025