www.radarharian.id – Menjelang akhir bulan Mei 2025, bioskop Indonesia bersiap menerima kehadiran film horor bertajuk “Waktu Maghrib 2”. Sekuel dari film pertama yang telah meraih kesuksesan besar ini diharapkan mampu menarik perhatian penonton dengan cerita yang lebih mencekam. Film ini mengangkat tema dari kepercayaan masyarakat tentang larangan anak-anak keluar rumah saat waktu maghrib, menghasilkan nuansa horor yang semakin mendalam.
Film pertama yang rilis pada tahun 2023 berhasil menarik sekitar 2,33 juta penonton, dan sekuel kali ini menjanjikan pengalaman yang lebih intens. Masyarakat tidak hanya penasaran dengan ceritanya, tetapi juga dengan bagaimana elemen-elemen supranatural akan diolah dalam film ini. Pertanyaan pun timbul, sejauh mana pengaruh kepercayaan tradisional akan tercermin dalam alur cerita film ini?
Andaikan kepercayaan lokal menjadi fokus utama dalam film “Waktu Maghrib 2”
Film ini mengeksplorasi bagaimana kepercayaan lokal berperan dalam membentuk rasa takut dan kecemasan masyarakat, terutama terkait kejadian supranatural. Mengambil latar Desa Jatijajar, cerita terfokus pada karakter Adi dan kawan-kawannya yang menghadapi teror gaib setelah melanggar larangan beraktivitas saat maghrib. Elemen-elemen ini menjadikan film ini lebih dari sekedar hiburan; dia menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya dan kepercayaan.
Saya teringat akan pengalaman pribadi ketika kecil, saat sering kali diingatkan untuk tidak bermain di luar saat maghrib. Hal ini memberikan pengaruh mendalam terhadap pemikiran anak-anak, dan film ini berhasil menangkap esensi tersebut dengan sangat baik. “Waktu Maghrib 2” bukan hanya sekedar film horor, tetapi juga sebuah refleksi dari budaya yang ada di masyarakat.
Menghalau ketakutan, bagaimana strategi yang tepat untuk penonton?
Pemulihan psikologis pasca-menonton film horor adalah aspek yang sering kali diabaikan. Sebagai penonton, penting untuk memahami bahwa cerita yang menakutkan bisa mempengaruhi emosi dan pikiran. Sangat penting untuk menyiapkan mental sebelum menontonnya, di mana kita bisa memanfaatkan strategi positif seperti mendiskusikan film dengan teman setelah menontonnya. Kemandirian dalam mencerna dan mengatasi rasa takut adalah langkah penting bagi banyak orang.
Dengan menyuguhkan elemen narasi yang kuat, “Waktu Maghrib 2” mengajak penonton untuk cermat mengembangkan cara pandang terhadap horor. Diskusi tentang film ini tidak hanya akan memperkaya pengalaman menonton, tetapi juga menjadikan kita lebih terbuka terhadap nilai-nilai budaya dan kepercayaan yang dibawa dalam cerita. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk memahami bagaimana mitos dan tradisi terus hidup dalam kehidupan sehari-hari.